Tidak terasa, umat muslim di tanah air sebentar lagi akan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Setelah 1 bulan lamanya berpuasa, menahan lapar dan haus, umat akhir nya bisa merayakan hari kemenangan. Selain secara religi dinanti-nanti, hari raya ini juga banyak dinanti umat yang gemar berkuliner.
Salah satu makanan yang identik dan banyak dinanti pada saat hari raya tiba adalah ketupat opor. Ya, ketupat memang biasanya disajikan ketika hari raya Idul Fitri tiba. Banyak orang yang merasa, belum sah kalau belum makan ketupat di hari lebaran.
Ketupat sendiri memiliki sejarah tersendiri. Dimulai pada abad 15 – 16, ketika Sunan Kalijaga mulai menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sunan Kalijaga mulai memulai membaurkan ketupat antara filosofi dan adat bagi masyarakat muslim di pulau Jawa.
Namun sebenarnya, ketupat yang merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman dari daun kelapa ini juga di kenal di budaya Hindu di Bali dari sebelumnya. Di Bali, masyarakat mengenainya dengan nama tipat.
Namun jika ketupat dikaitkan dengan budaya di hari raya, kita bisa melihat dari arti harafiah kata ketupat itu sendiri. Bagi masyarakat Jawa dan Sunda, ketupat bisa juga diartikan dari kata “laku papat” yang artinya yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Keempat kata ini melambangkan hari suci kemenangan umat muslim, dimana pada saat itu umat wajib untuk membuka pintu maaf yang sebesar-besarnya bagi orang lain, melimpahkan rejeki bagi orang yang membutuhkan, menyucikan diri dari dosa-dosa dan kembali menjadi pribadi yang bersih ketika hari raya tiba.